ubah bahasa sesuai keinginan anda

Sabtu, 17 Maret 2012

Asuhan Keperawatan Osteoporosis


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Osteoporosis


Adalah penyakit sistemik dengan karakteristik :
·         Penurunan pembentukan osteoblastik
·         Peningkatan resorpsi tulang
Yang dapat menyebabkan penurunan jumlah total densitas yang dapat menyebababkan peningkatan fraktur patologis ( slide dr. Audy H.,2011)
         Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tulang (Albright  JA, 1979).
         Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1.Pada tulang radius distal
2.Pada tulang vertebrae
3.Pada tulang kollum femur / pelvis
Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).
Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).
Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami osteoporosis.dibanding wanita.
Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari makanan juga berkurang.
Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :
Normal
:
Nilai T pada BMD > -1
Osteopenia
:
Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5
Osteoporosis
:
Nilai T pada BMD < -2,5
Osteoporosis Berat
:
Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur

B.     Pembagian Osteoporosis

         Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1.Osteoporosis Primer
2.Osteoporosis Sekunder
3.Osteoporosis Idiopatic

1.Osteoporosis Primer

         Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar.
Osteoporosis primer dibagi menjadi :
ü  Type I
                  Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse
ü  Type II
            Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin   dengan usia yang semakin bertambah (senilis)

2.Osteoporosis Sekunder

         Osteoporosis sekunder adalah  suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya  jelas.
Biasanya disebabkan oleh :
1.      Endcrine disease
2.      Nutritional causes
3.      Drugs

3.Osteoporosis Idiopatic

         Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1.      Juvenile
2.      Adolesence
3.      Wanita pra menoupouse
4.      Laki-laki berusia muda /pertengahan
5.      osteoporosis jenis ini lebih jarang terjadi.
C.    Etiologi
1.      Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a)      Faktor genetic
      Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
b)      Faktor mekanik
      Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar
c)      Faktor makanan dan hormon
      Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2.      Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
§   Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
§      Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
§   Faktor lain
-          Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.
-          Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif
-          Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
-          Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
-          Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.         

D.    Patofisiologi Osteoporosis

         Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan  osteoclas yang dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak  berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada  tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas  yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari  (Kamis, 1994).

         Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming  Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru (Djoko Roeshadi, 2001).

E.     Tanda dan Gejala Osteoporosis

         Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun dalam  kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut (Djoko R, 2001)
1.      Nyeri
2.      Tinggi badan berkurang /memendek
   Dalam mendiagnosis osteoporosis tidak hanya berdasarkan pemeriksaan klinik serta radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis osteoporosis menjadi lebih pasti.
F.     Faktor Resiko Osteoporosis
         Dikenal beberapa faktor resiko untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua (R. Prayitno Prabowo, 2001).
1.      Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
ü  Usia
ü  Jenis kelamin
ü  Ras
ü  Riwayat Keluarga /keturunan
ü  Bentuk tubuh
2.      Faktor resiko yang dapat dirubah
a)Merokok
b)      Alcohol
c)Defisiensi vitamin d
d)     Kafein
e)Gaya hidup
f)      Gangguan makan (anoreksia vervusa)
g)      Defisiensi esterogen pada menoupouse alami atau menoupouse karena operasi
h)      Penggunaan obat-obatan tertentu seperti :
ü    Diuretik
ü    Glukoortikoid
ü    Anti konvulsan
ü    Hormon tiroid berlebihan
                  Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan dibatasi pada merokok,  alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin, keturunan.
v  Merokok
            Gaya hidup modern, tang  telah  melegalkan wanita merokok di depan umum, semakin membuka banyaknya kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang.  Sehingga proses pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah (Djoko R, 2001).
v  Alkohol
                  Dampak dari konsumsi alcohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. (R. Prayitno, 2001).
v  Menopouse
                     Di sini kadar esterogen menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen resorbsi tulang menjadi lebih cepat, sehingga akan terjadi  penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi akan cepat terjadi osteoporosis (RP 2001).
v  Kafein
                     Mengkonsumsi atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh selalu ingin  kencing. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama  air kencing (Djoko R, 2001).
v  Latihan /aktivitas
                     Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan  stimulus penting bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan  penentu dari puncak masa tulang (Bayu Santoso, 2001).
v  Umur- jenis kelamin – keturunan
                     Dari segi  usia pada laki-laki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang harus selalu diperhatikan, agar penurunan  kekuatan tulang tidak begitu curam.
                     Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan tulang banyak diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon esterogennya menurun drastis. Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan mempunyai  penyakit yang sama (Djoko R, 2001).

G.    Penatalaksanaan
a)  Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang
b) Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
c)  Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
d) Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung



















BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Assesment
a)      Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.
b)      Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.
c)      Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :
ü  Data subyektif :
-        Klien mengeluh nyeri tulang belakang
-        Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
-        Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan gerak
-        Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun\
-        Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh
-        Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya
-        Klien mengatakan buang air besar susah dan keras
ü  Data obyektif ;
-        tulang belakang bungkuk
-        terdapat penurunan tinggi badan
-        klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
-        terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular
-        klien tampak gelisah
-        klien tampak meringis

2.      Pemeriksaan fisik

a)  Sistem pernafasan

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional paru.

b)  Sistem kardiovaskuler

c)   Sistem persyarafan

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi vertebral.

d)  Sistem perkemihan

e)   Sistem Pencernaan

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi, abdominal distance.

f)    Sistem musklooskletal

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan osteoporosis seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.

3.      Pemeriksaan diagnostic
-        Radiology
-        CT scan
-        Pemeriksaan laboratoriu

4.      Diagnosa Yang Mungkin Muncul Pada Osteoporosis
1)      Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae
2)  Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
3) Risiko injury (cedera)  berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
4)     Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5)     Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif
6)      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
7)      Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras
5.      Intervensi
1.      Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae
Tujuan ; Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
-       Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya
-       Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup
-       Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana

INTERVENSI
RASIONAL
-          Pantau tingkat nyeri pada punggung, terlokalisisr atau nyeri menyebar pada abdomen atau pinggang
-          Ajarkan pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
-          Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri

-          Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adequat dengan berbaring dengan posisi terlentang selam kurang lebih 15 menit
-          Tulang dalam peningkatan jumlah trabekuler, pembatasan gerak spinal.

-          Laternatif lain untuk mengatasi nyeri pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.
-          Keyakinan klien tidak dapat mentolelir akanb obat yang adequaty atau tidak adequat untuk mengatasi nyerinya.
-          Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.

2.      Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria :
-Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
-Klien mampu melakukan ADL secara independent
INTERVENSI
RASIONAL
-          Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada

-          Rencanakan tentang pemberian program latihan :
¤     bantu klien jika diperlukan latihan
¤     ajarkan klien tentang ADL yang bisa dikerjakan,
¤     ajarkan pentingnya latihan
-          Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan ADL, rencana okupasi
-          Peningkatan latihan fisik secara adequat :
¤     Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan
¤     Instruksikan klien latihan selama kurang lebi 30 menit dan selingi dengan isitirahat dengan berbaring selam 15 menit
¤     Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba danmengangkat beban berat
-          Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya.
-          Latihan akan meningkatkan pergrakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.





-          ADL secara independent

-          Dengan latihan fisik :
¤     Massa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis
¤     Program latihan merangsang pembentukan tulang

¤     Gerakan menibulkan kompresi vertikal dan risiko fraktur vertebrae

3.      Risiko injury (cedera)  berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan : Injury (cedera) tidak terjadi


Kriteria :
-       Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi
-       Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

INTERVENSI
RASIONAL
-          Ciptakan lingkungan  yang  bebas dari bahaya :
¤     Tempatkan klien pada tetmpat tidur rendah
¤     Amati lantai yang membahayakan klien
¤     Berikanpenerangan yang cukup
¤     Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi
¤     Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan
-          Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan :
¤     Kaji kebutuhan untuk berjalan
¤     Konsultasi dengan ahli terapis
¤     Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan
¤     Ajarkan klien waktu berjalan dan keluarg ruangan
-          Bantu klien untuk melakukan ADL secara hati-hati
-          Ajarkan pad aklien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tangga dan mengangkat beban berat
-          Ajarkan pentingnya diit untuk mencegah osteoporosis :
¤     Rujuk klien pada ahli gizi
¤     Ajarkan diit yang mengandung banyak kalsium
¤     Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi
-          Ajarkan efek dari rokok terhadap pemulihan tulang
-          Observasi efek samping dari obat-obtan yang digunakan
-          Menciptkan lingkungan yang aman danmengurangi resiko terjadinya kecelakaan.









-          Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.







-          Penarikan yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya fraktur.
-          Pergerakan yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur kompresi vertebrae pada klien dengan osteoporosis.
-          Diit calsium dibutuhkan untuk mempertahnkan kalsium dalm serum, mencegah bertambahnya akehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium dalam urine. Alkohorl akan meningkatkan asioddosis yang meningkatkan resorpsi tulang.


-          Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis

-          Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan dizzines, drowsiness dan weaknes yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.

4.      Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi dengan criteria hasil klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang kebersihan diri, mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan

Intrvensi
Rasional
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan
untuk mengetahui sampai sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur, semprotan pancuran dengan tangkai pemegang
peralatan adaptif ini berfungsi untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya
Rencanakan individu untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjut
bagi klien lansia, satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri


5.      Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif


Intervenai
Rasional
Dorong klien mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinya
ekspresi emosi membantu klien mulai meneerima kenyataan
Hindari kritik negative

kritik negative akan membuat klien merasa semakin rendah diri
Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien

dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses adaptasi

6.      Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak terganggu dengan criteria hasil klien mampu menyebutkan teknik eleminasi feses, klien dapat mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari

Intervensi
Rasional
Auskultasi bising usus

hilangnya bising usus menandakan adanya paralitik ileus
Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang
Hilangnya peristaltic(karena gangguan saraf) melumpuhkan usus, membuat distensi ileus dan usus
Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses
mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan
Lakukan latihan defekasi secara teratur
program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin
Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi makanan berserat dan pemasukan cairan yang lebih banyak termasuk jus/sari buah
meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah

7.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
Tujuan : setelsh diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang
Intervensi
Rasional
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya
Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat

suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal.






DAFTAR PUSTAKA


   Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan  Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
      Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC,  2002
      R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999

1 komentar:

> window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);