BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik
kurvatura besar lambung, merupakan organ yang panjang dan ramping, merupakan
kelenjar kompleks tubulo-alveolar, secara keseluruhan menyerupai setangkai
anggur. Pankreas juga sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjangnya sekitar 15-20cm (6-8 inch), lebar sekitar 3,8 cm
(1,5 inch) mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90
gram. Terbentang pada vertebral lumbalis I dan II di belakang lambung. Pankreas
terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama, yaitu kaput, korpus,
dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung duodenum. Kauda menyentuh limpa.
Keradangan
dari pankreas atau pankreatitis merupakan penyakit yang saat ini masih sulit
pengobatannya. Adanya bahan-bahan racun yang dikeluarkan jika organ ini
mengalami keradangan menyebabkan
gangguan-gangguan pada organ yang lain seperti otak, paru, jantung, hati dan
ginjal. Angka kematian pada penyakit ini masih cukup tinggi. Pada keradangan
akut yang disertai nekrosis yang hemoragis, angka kematian mendekati 100%.
Patogenesa dan beberapa penyebab dari pankreatitis sampai sekarang belum dapat
diketahui secara keseluruhannya. Beberapa teori tentang patogenesa dari
penyakit ini akan dibahas secara singkat didalam tulisan ini. Diagnosa yang
tepat sangat diperlukan untuk pengobatan yang baik dari pankreatitis. Diagnosa
harus melibatkan pemeriksaanpemeriksaan Kinik, radiologis,
ultrasonikviserografi dan laboratorium. Pada pembicaraan lebih lanjut akan
dibahas lebih banyak mengenai pemeriksaan laboratorium yang saat ini makin
bertambah lengkap. Perubahan-perubahan yang terjadi pada komposisi cairan tubuh
yang disebabkan adanya bahan-bahan racun yang dikeluarkan oleh pankreas yang
meradang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
B.
Tujuan
1.
Umum
Mahasiswa mampu menguasai konsep medic
maupun konsep keperawatan pada pasien dengan pankreatiti
2.
Khusus
a. Agar
mahasiswa mampu mengetahui Anatomi Fisiologi
dari kanker kolorektal
a.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Definisi dari kanker
kolorektal
b.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari kanker kolorektal
c.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala dari kanker kolorektal
d.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi dari kanker kolorektal
e.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi dari kanker kolorektal
f.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Pathway dari kanker kolorektal
g.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan penunjang yang dapar dilakukan
pada pasien degnan kanker kolorektal
h.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan pada
kanker kolorektal
i.
Agar mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi yang dapat
terjadi akibat kanker kolorektal
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Konsep
Teori
1.
Anatomi
Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik
kurvatura besar lambung, merupakan organ yang panjang dan ramping, merupakan
kelenjar kompleks tubulo-alveolar, secara keseluruhan menyerupai setangkai
anggur. Pankreas juga sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjangnya sekitar 15-20cm (6-8 inch), lebar sekitar 3,8 cm
(1,5 inch) mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.
Terbentang pada vertebral lumbalis I dan II di belakang lambung. Pankreas
terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama, yaitu kaput, korpus,
dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung duodenum. Kauda menyentuh limpa. Pankreas
memiliki saluran-saluran cabang yang bermuara pada duktus pankreatikus utama,
yaitu ductus wirsungi. Saluran-saluran itu mengosongkan isinya ke duktus ini.
Duktus wirsungi berjalan di sepanjang kelenjar, sering bersatu dengan duktus
koledokus pada ampula vater sebelum memeasuki duodenum.
Pankreas memiliki saluran tambahan, yaitu duktus santorini,
ditemukan berjalan dari kaput pankreas masuk ke duodenum. Panjangnya sekitar
2,5 cm (1 inch) di atas papila duodeni.
Gambar
2.1 Anatomi pancreas
Fungsi Pankreas :
a.
Fungsi
eksokrin (asinar) membentuk getah pankreas yang berisi enzim-enzim pencernaan
dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi.
Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas yang menyatu
dengan duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum di titik ampula hepatopankreas.
Getah pancreas ini dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus yang
bermuara pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum. Pankreas
menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya ke vena
pankreatika.
b.
Fungsi endokrin
(pulau langehans) sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulaupulau
kecil atau kepulauan langerhans, yang bersama-sama membentuk organ enodkrin
yang mensekresikan insulin dan glukagon yang langsung dialirkan ke dalam
peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati duktus untuk membantu
metabolisme karbohidrat.
2.
Definisi
Pankreatitis
(inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas
yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri
hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi
terhadap berbagai pengobatan. (Brunner
& Suddart, 2001;1338)
Pankreatitis
adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas
diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas yang
terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau berakibat fatal.
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme
dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M.
Nettina, 2001)
Pankreatitis
akut adalah suatu proses peradangan akut yang mengenai pankreas dan ditandai
oleh berbagai derajat edema, perdarahan dan nekrosis pada sel-sel asinus dan
pembuluh darah. Mortalitas dan gejala klinis bervariasi sesuai derajat proses
patologi. Bila hanya terdapat edema pankreas, mortalitas mungkin berkisar dari
5% sampai 10%, sedangkan perdarahan masif nekrotik mempunyai mortalitas 50%
sampai 80%. Secara normal
pankreas mengalirkan getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus
pankreatikus menuju ke usus dua belas jari (duodenum).
3. Etiologi
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya
organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin.
Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut
mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita
batu empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus
koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vateri,
menyumbat- aliran getah pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks) getah
empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian
akan mengaktifkan enzim-enzim yang kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada
ampula Vateri yang terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan
pankreatitis.
Penyebab
Pankreatitis Akut :
a.
Batu empedu
b.
Alkoholisme
c.
Obat-obat, seperti furosemide dan azathioprine
d.
Gondongan (parotitis)
e.
Kadar lemak darah yang tinggi, terutama trigliserida
f.
Kerusakan pankreas karena pembedahan atau endoskopi
g.
Kerusakan pankreas karena luka tusuk atau luka tembus
h.
Kanker pankreas
i.
Berkurangnya aliran darah ke pankreas, misalnya karena
tekanan darah yang sangat rendah
j.
Pankreatitis bawaan
Faktor resiko seseorang terkena pancreatitis :
a. Jenis
Kelamin. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.
Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung
empedu.
b. Usia.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat
badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat
keluarga. Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas
fisik. Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
g. Penyakit
usus halus. Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi
intravena jangka lama. Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung
empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi
yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
4.
Tanda Dan
Gejala
a. Nyeri
abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien
datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri
pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami
inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.
Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga
turut menimbulkan rasa sakit.Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian
tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjdi
24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini
dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit
menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian
antasid.
b. Rasa
sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen
yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristatis.
Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.
c. Pasien
tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal.
Namun demikian abdomen dapattetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.
d. Ekimosis
(memar) di daerah pinggang dan di sekitar umbilicus merupakan tanda yang
menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat. Mual dan muntah umumnya
dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung
tetapi juga dapat mengandung getah empedu.
e. Gejala
panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi. Hipotensi yang terjadi
bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan
oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini
mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.
f. Pasien
dapat mengalami takikardia, denyut nadinya cepat (100-140 kali/menit), sianosis
dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. dan pernafasannya
cepat dan dangkal
g. Gagal
ginjal akut sering dijumpai pada keadaan dini.
h. Gangguan
pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala
infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah
abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati
intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001:1339).
5. Klasifikasi
a. Pankreatitis
akut
Pankreatis akut memiliki keparahan
yang berkisar dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh dengan sendirinya
hingga penyakit yang dengan cepat menjadi fatal serta tidak responsif terhadap
berbagai terapi.
Berdasarkan pada beratnya proses
peradangan dan luasnya nekrosis parenkim dapat dibedakan:
1) Pankreatitis
akut tipe intersitial
Secara makroskopik,
pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat. Tidak didapatkan nekrosis
atau perdarahan, atau bila ada, minimal sekali. Secara mikroskopik, daerah
intersitial melebar karena adanya edema ekstraselular, disertai sebaran sel-sel
leukosit polimorfonuklear (PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan
bahan-bahan purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus. Meskipun bentuk ini dianggap
sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada dalam
keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok, gangguan keseimbangan
cairan serta elektrolit dan sepsis.
2) Pankreatitis
akut tipe nekrosis hemoragik,
Secara
mikroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan
inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di
tepi pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-pembuluh darah sehingga
mengakibatkan perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperitoneal. Bila
penyakit berlanjut, dapat timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang
berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan abses
yang purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas,
kantong-kantong infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada
jaringan yang rusak dan mati. Pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar
daerah yang nekrotik menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular,
vaskulitis yang nyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.
b. Pankreatitis
Kronik
Pankreatitis
kronis merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan
fungsional yang progresif pada pankreas. Dengan digantikannya sel-sel pankreas
yang normal oleh jaringa ikat akibat serangan pankreatitis yang berulang-ulang,
maka tekanan dalam pankreas akan meningkat. Hasil akhirnya adalah obstruksi
mekanis duktus pankreatikus, koledokus dan duodenum. Di samping itu akan
terjadi pula atrofi epitel duktus tersebut, inflamasi dan destruksi sel-sel
pankreas yang melaksanakan fungsi sekresi.
6. Patofisiologi
Pankreas
menyekresikan sejumlah enzim; amilase dan lipase disekresikan dalam bentuk
aktif sementara protease, elastase dan fosfolipase disekresikan sebagai
proenzim yang dalam keadaan normal harus diaktifkan oleh tripsin di dalam
duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan oleh enteropeptidase duodenal.
Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada aktivitas tripsin yang tidak tepat
di dalam pankreas; tripsin yang sudah diaktifkan tersebut akan mengubah (i)
berbagai proenzim menjadi aktif (ii) prekalikrein menjadi kalikrein yang akan
mengaktifkan sistem kinin serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi
pankreas dan trombosis. Ciri-ciri pankreatitis meliputi proteolisis
jaringan, lipolisis dan perdarahan, terjadi karna efek destruktif
enzim-enzim pankreas yang dilepas dari sel-sel asiner.
Mekanisme yang dikemukakan untuk
aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal berikut ini:
a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di
dalam ampula Vateri; di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk
dan menimbulkan jejas parenkim pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan
melepaskan sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema.
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
kerusakan karna virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.
c. Defek transportasi-intraseluler
proenzim.
Enzim-enzim eksokrin pankreas mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya,
yaitu menuju lisosom dan bukan menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam
lisosom akan menyebabkan aktivitas dan pelepasan enzim.
d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner
lewat perjalanan proenzim intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan
protein yang mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus
sehingga terjadi inflamasi dan obstruksi lokal.
e. Pankreatitis herediter ditandai oleh
serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan sudah di mulai sejak usia
kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi germ line
(garis-turunan sel tunas) pada:
1) Gen tripsinogen kationik (PRSS1),
menimbulkan kehilangan suatu tempat pada tripsin yang esensial untuk inaktivasi
enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang penting untuk mengatur aktivitas
enzim tripsin).
2) Gen inhibitor protease serin,
Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang cacat sehingga
tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin.
7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Scan-CT:
menentukan luasnya edema dan nekrosis.
b. Ultrasound
abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses,
pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
c. Endoskopi:
penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi
bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Prosedur ini dikontra indikasikan
pada fase akut.
d. Aspirasi
jarum penunjuk CT: dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
e. Foto
abdomen: dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pancreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra
peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikasi
pankreas.
f. Pemeriksaan
seri GI atas: sering menunjukkan bukti pembesaran pankreas/inflamasi.
g. Amilase
serum: meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar normal
tidak menyingkirkan penyakit).
h. Amilase
urine: meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
i.
Lipase serum: biasanya
meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
j.
Bilirubin serum:
terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau
penekanan duktus koledokus).
k. Fosfatase
alkaline: biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit bilier.
l.
Albumin dan protein
serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas kapiler dan transudasi cairan
kearea ekstrasel).
m. Kalsium
serum: hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul penyakit
(biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas).
n. Kalium:
hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia dapat
terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
o. Trigliserida:
kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab pankreatitis akut.
p. LDH/AST
(SGOT): mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan bilier dalam
hati.
q. Darah
lengkap: SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin menurun karena
perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah
atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area retroperitoneal.
r.
Glukosa serum:
meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan awal atau akut.
Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas
dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan
proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
s. Feses:
peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan
protein (Dongoes, 2000).
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pankreatitis akut bersifat
simtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan
per oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas.
Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada pankreatitis akut
biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan
umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolik yang menyertai
pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi
lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi
distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik serta untuk mengeluarkan asam
klorida.
a. Tindakan
Medik
1) Penanganan Nyeri.
Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam
perjalanan penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangi rasa nyeri dan
kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.
2) Perawatan Intensif.
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah
diperlukan untuk mempertahankan volume cairan serta mencegah gagal ginjal akut.
3) Perawatan Respiratorius. Perawatan
respiratorius yang agresif diperlukan karena risiko untuk terjadinya elevasi
diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru dan atelektasis cenderung tinggi.
4) Drainase Bilier.
Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah
dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk kembali
aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat
badan.
5) Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis
mulai menghilang. Pemberian
makanan makanan per oral yang rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap.
Kafein dan alkohol tidak boleh terdapat dalam
makanan pasien.
6) Pertimbangan Gerontik. Pankreatitis
akut dapat mengenai segala usia; meskipun demikian, angka mortalitas
pankreatitis akut meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.
b. Tindakan
Pembedahan
Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya
tidak dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:
1) Perburukan
sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif.
2) Pada
kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan yang sukar
diatasi.
3) Timbulnya
sepsis.
4)
Gangguan
fungsi ginjal yang progresif.
5) Tanda-tanda
peritonitis.
6) Bendungan
dari infeksi saluran empedu.
7) Perdarahan
intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit
berjalan beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif)
bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses,
pembentukan fistel, ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon, pada
perdarahan hebat retroperitoneal atau intestinal.
10. Komplikasi
a. Timbulnya
Diabetes Mellitus
b. Tetani
hebat
c. Efusi
pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)
d. Abses
pankreas atau psedokista. Akibat
lanut pankreatitis akut adalah di pankreas terbentuk pseudokista, yang
terisi dengan enzim pankreas, cairan dan jaringan sisa, yang membesar seperti
balon. Bila pesudokista berkembang
menjadi lebih besar dan menyebabkan nyeri atau gejala lain, dilakukan dekompresi
e.
Demam
Typoid
f.
Gagal
Ginjal Akut
g.
Gagal
Nafas Akut
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang :
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Perkawinan
Alamat
Sku
Bangsa
Tanggal
Masuk
Tanggal
Didata
Nomor
MR
2)
RKS
Klien datang dengan mengeluh nyeri tiba-tiba yang terjadi
di epigastrum, abdomen bawah atau terlokalisirpada daerah torasika porterior
dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya menetap da tidak
bersifat kram (Sabinson, 1994)
3)
RKD
Kaji apakah pernah mendapat intervensi pembedahan seperti
colecytectomy, atau prosedur diagnostik seperti EKCP
Kaji apakah pernah menderita masalah medis lain yang
menyebabkan pankreatitis meliputi ulkus peptikum, gagalginjal, vaskular
disorder, hypoparathyroidisme, hyperlipidemia,.
Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus parotitis
dan dibuat catatan obat-obatan yang pernah digunakan ( Donna D, 1995)
4)
RKK
Kaji
riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit
biliaris (Donna D, 1995)
5)
Pengkaian
psikososial
Kaji riwayat penggunaan alkohol secara berlebihan yang
menyebabkan pankreatitis akut.
Kaji kapan klien paling sering mengkonsumsi alkohol dan
apakah klien pernah mengalami trauma seperti kematian anggota keluarga,
kehilangan pekerjaan yang berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan alkohol
(Donna D, 1995)
6)
Pola aktivitas
Klien dapat melaporkan adanya feces berlemak / steatorea,
juga penurunan berat badan, mual, muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi
BAB (Huddak & Gallo, 1996)
Perlu dikaji status nutrsi klien dan catat faktor yang
dapat menurunkan kebutuhan nutrisi (Suzanna Smeltzer, 1999)
b. Pemeriksaan
Fisik
1) Kepala
Bentuk
: bulat
Rambut
: bersih, hitam, pendek, beruban
2)
Mata
Konjungtiva
: anemis
Kelengkapan
: lengkap kiri dan kanan
Kesimetrisan
: simetris kiri dan kanan
Sklera : ikterik
Palpebra : cekung
Pupil : sama besar,sama bulat dan
bereaksi terhadap cahaya
3)
Telinga
Tidak
ada masalah dengan pendengaran klien dan kelengkapan telinga kiri dan kanan
4)
Leher
Tidak
ada kelainan seperti pembesaran kelenjer tiroid
5)
Hidung
Bersih
tidak terlihat adanya sekret
6)
Mulut
dan tenggorokan
Kebersihan
kurang, dan terlihat bibir klien sianosis, dan mukosa mulut kering
7)
Tanda-Tanda
Vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan
penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese
intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
8)
Sistem
Gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga
terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus
menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada
motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.
Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat
mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
9)
Sistem
Cardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi
adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan
syok.
Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan
faktor depresan miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial diketahui dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian terganggu
(huddak & Gallo, 1996).
10) Sistem Sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan
agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat
mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi
intravaskular diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya
dapat mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
11) Sistem Respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain
(contoh fosfolipase) diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang
berhubungan dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis,
efusi pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan
akut (Huddak & gallo, 1996).
12) Sistem Metablisme
Komplikasi metabolik dari
pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga
berhubungan dengan daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang
meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan disebabkan oleh respon terhadap
stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans menyebabkan hiperglikemia
refraktori. Asidosis metabolik dapat diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi
hipermetabolik anaerob (Huddak & Gallo,1996).
13) Sistem urinari
Oliguria, azotemia atau
trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal ginjal (Sabiston, 1994).
14) Sistem Neurologi
Kaji perubahan tingkah laku
dan sensori yang dapat berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi
hipoksia yang disertai syok (Donna D, 1995)
15) Sistem Integumen
Membran mukosa kering, kulit
dingin dan lembab, sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai
sedang akibat muntah atau sindrom kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan
pada panggul (tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen)
terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
c. Analisa
Data
no
|
Data
|
Masalah
kep
|
etiologi
|
Dx.keperawatan
|
1
2
3
|
DS : klien mengeluh nyeri pada daerah vertebre
Klien mengatakan pernah dan sering mengkonsumsi alkohol dahulu
klien mengatakan nyeri
Klien mengatakan badan terasa panas
DO : klien terlihat pucat, dingin berkeringat, ikterik,
warna kulit biru-hijau di sekitar umbilikus klien tampak
meringis
Klien memegangi perut
HR meningkat
DS : klien
mengeluh mual disertai muntah klien mengatakan nafsu makan kurang
klien
mengatakan sering muntah
klien
mengatakan mual setelah makan
DO : klien terlihat lemah dan tidak bertenaga
Bising usus
klien mencapai 30x/i klien tampak lemas dan lemah
klien tidak
menghabiskan porsi yang di sediakan
DS:
klien
mengatakan nafsu makan kurang
klien
mengatakan sering muntah
klien
mengatakan mual setelah makan
DO:
klien tampak
lemah
frekwensi
muntah lebih dari 5 kali
klien tampak
lemah
|
Nyeri akibat tercernanya organ pankreas oleh
enzim-nzimnya sendiri
Nutrisi kurang karena peningkatan gerakan peristaltik
usus
Defisit volume cairan
|
Proses inflamasi
mual, muntah
Diahoresis, mual, muntah
|
Nyeri b/d proses inflamasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah
Defisit volume cairan b/d diahporesis, mual, muntah
|
2. Diagnosa
Keperawatan
a. Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi
b. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah
c. Defisit
volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah
DAFTAR PUSAKAT
Brunner & Suddarth. 2002. Alih
Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume
3. EGC: Jakarta
Priharjo, Robert.1995.Pengkajian Fisik Keperawatan.EGC :
Jakarta
Santosa,budi.2005.Panduan Diagnosa
keperawatan Nanda. Habib bilal: Prima Medika
Noer. Sjaifoelloh. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit alam, jilid I.
Balai Penerbit FKUI : Jakarta
sangat bermanfaat artikelnya
BalasHapusWalatra Jelly Gamat Original
Walatra Berry Jus Alinya Kanker Tumor
Obat Kanker Serviks
Obat Kanker Paru Paru
Obat Lemah Jantung Terampuh
Obat Asma Qnc Jelly Gamat
Obat Darah Tinggi Terampuh
Obat TBC Paling Ampuh
Obat Stroke Paling Ampuh
Obat Maag Kronis Paling Ampuh